Selasa, 15 Maret 2011

TECHNOPRENEURSHIP

PENDIDIKAN TINGGI BUKAN YANG UTAMA MENJADI HARTAWAN

Pengusaha yang tidak tamat SD

Siswanto pria kelahiran sleman 16 juni 1960 patut menjadi contoh setiap orang,lahir dari keluarga tidak mampu, ayahnya sebagai buruh tani dan ibunya sebagai penjual peyek,membuat siswanto hanya dapat merasakan pendidikan sekolah sampai dengan kelas 2 Sekolah dasar saja.maklum karena perekonomian orang tua yang sangat kurang sementara orang tuanya harus memenuhi kebutuhan 7 anak yang masih kecil termasuk siwanto.tekad untuk tidak meneruskan sekolah setelah siswanto mempunyai adik lagi.siswanto yang seharusnya masih sekolah harus berperan mengantikan ibunya untuk mengurus adiknya yang masih kecil ketika ibunya berjualan dan pasar sementara ayahnya sudah pergi menjadi buruh tani,setelah ibunya pulang berjualan siswanto harus pergi membeli belut untuk membuat peyek dan malamnya siswanto bersama ibunya membuat peyek.itulah keseharian siswanto semasa kecilnya,
Setelah berumur 15 tahun siswanto di ajak oleh tetangganya ke jakarta untuk bekerja di percetakan miliknya,siswanto yang ingin membantu perekonomian keluarga tidak menolak tawaran tetangganya,siswanto pergi ke Jakarta pada waktu itu hanya memakai sandal jepit dan kaos yang sebenarnya sudah tidak layak pakai.sampainya di Jakarta ia bekerja selama ± 10 tahun,sedikit demi sedikit ia mengumpulkan uang dari hasil jerih payahnya yang sebagian di kirim buat orang tuanya di desa,dan sebagian di gunakan untuk membuka percetakan,pertama isswanto menyewa rumah untuk usahanya di daerah senen Jakarta,lalu ia membeli 1 mesin percetakan manual,untuk mencari pelangganya siswanto harus bekerja keras sendiri masuk kantor menawarkan usahanya.hasilnya siswanto sedikit demi sedikit mendapatkan pelangganya,seiring waktu berputar siswanto semakin banyak pelangganya dan siswanto mengajak empat keponakanya untuk kembantu usahanya,dan ia menambah terus menambah peralatan cetaknya hingga sekaranga sudah berjumlah delapan unit,dengan kerja keras dan usahanya tersebut siswanto sudah bisa mebeli rumah mewah di daerah cakung Jakarta dan membeli mobil sebagai alat transportasi usahanya,sekarang omset tiap bulanya telah mencapai ± 30 juta.

Lulusan SMP bisa Menjadi BED KONTROL di PT Pertamina

Sumijo pria kelahiran Yogyakarta tahun 1960 ini dulunya bekerja di PT PERTAMINA REWULU Yogyakarta,sumijo anak seorang petani,anak ke 2 dari 2 bersaudara sumijo bukan lulusan perguruan tinggi.karena himpitan ekonomi yang membebani keluarganya,maka setelah lulus SMP sumijo terus bekerja guna membantu perekonomian orang tuanya yang hanya seorang petani,pertama kali bekerja menjadi kuli bangunan pada tahun 1977 pendapatanya sebagai kuli bangunan hanya bisa sedikit membantu orang tuanya.
setelah sekitar 1 tahun bekerja sumijo menjoba untuk mendaftar di PT Pertamina rewulu,dari 120 pendaftar hanya di butuhkan 4 orang saja,rasa kemungkinan di terimanya juga kecil sekali karena ia hanya lulusan SMP,tapi Tuhan berkata lain sumijo bisa di terima.awal bekerja sumijo sebagai Kernet tangki pemasok BBM untuk daerah jawa tengah,maklum karena hanya lulusan SMP,pekerjaan itu di jalani dari mulai tahun 1978-1985 gajinya per bulanya hanya Rp 18.000,tapi sumijo tetap bersyukur sengan apa yang sudah di dapatkanya,pada waktu itu sambil bekerja sumijo juga sambil sekolah SMA bayangan,karena ingin pendidikannya tidak Cuma lulusan SMP saja untuk menambah pengetahuanya.pada tahun 1985 sumijo di pindah di bagian RTW yaitu pengisian ketel area cepu dan solo,gajinya pun mulai meningkat yaitu 1,5 juta/bulan.pada tahun 1990 sumijo di pindah di Security dan mengikuti pendidikan di banyu biru semarang selama 2 minggu.gajinya bertambah menjadi 2,5 juta/bulan.pada tahun 1997 pindah di bagian Get Keper yaitu bagian cek tengki gajinya 3,5 juta/bulan.pada tahun 2000 sumijo sudah di kasih kepercayaan yang lebih tinggi karena kerja keras dan kejujuranya sumijo di tempakan di kantor bagian P3(penerimaan,penimbunan dan penyaluran) gajinya sudah cukup besar 5,5 juta/bulan.setelah itu pada tahun 2007 sumijo di rotasi di bagian LK3 yaitu bagian keselamatan kerja.gajinya pun makin meningkat menjadi 6 juta/bulan,petualangan nya pun belum berakhir 2008 di rotasi lagi di bagian distribusi yang gajinya sudah cukup besar 7,5 juta/bulan.
hingga akhirnya pada tahun 2010 sumijo memutuskan untuk berhenti bekerja karena selama 30 tahun sumijo bekerja,dan sekarang ingin menikmati masa tuanya,dari hasil kerja kerasnya sumijo yang hanya lulusan SMA bayangan atau sekarang di kenal dengan kejar paket C.bisa menyekolahkan anaknya hingga perguruan tinggi,anak yang pertama sudah lulus jurusan ekonomi akuntansi di UMY dan sekarang sudah bekerja di Bank BTN Jakarta,sementara anak yang kedua masih kuiah jurusan teknik Industri di UII Yogyakarta,

Dari kedua kisah kedua kisah di atas bisa kita ambil kesimpulan bahwa,Pendidikan yang tinggi bukan jaminan utama menjadi seorang hartawan,kerja keras kejujuran dan semangat untuk terus maju yang membuat seseorang akan jauh lebih baik dari hari kemarin,serta mensyukuri apa yang telah ia dapatkan.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | free samples without surveys